---------------------------------

Allementria Academy
---------------------------------
Set in a whole different world where magic and spells collide,dragons roam, flying carriages, magical portal to the 'human' world stood, an academy set to produce legendary wizards was built. With rowdy twin principals in charge, an eighty year grandma who looked like a beauty queen professor, a crazy defense against dark art teacher and a lively tea-party loving ghost as their staff, can this school be any more chaotic? Yes, it can!
After an unknown attack onto the school and the town surrounding it, causing everyone to leave the place and a mysterious death of the past principal, the school is finally opening its arms once again. Raise the curtains and let the party begin! Forget Harry Potter! This place offers elemental powers like air, water, fire and earth. Don't miss out on this once in a lifetime chance to join us!
Where comedy is highly appreciated and creativity is welcomed, Allementria Academy!
Rules - School history - World history
Banyak orang yang tinggal di bumi merasa bahwa polusi itu lebih banyak terjadi pada keadaan macet di mana banyak mobil yang mengeluarkan gas-gas berbahaya bagi orang yang menghirupnya dan juga bagi setiap lapisan udara yang ada di muka bumi ini. Namun pernahkah kita menduga bahwa salah satu tempat yang memiliki poulsi yang tercemar adalah terletak pada daerah pegunungan. Gunung Everest merupakan satu tempat yang mungkin orang lain tidak menyadari dampak yang telah terjadi. Pada pikiran tiap orang mengenai sumber polusi , tentunya Gunung Everest bukan merupakan satu tempat yang seharusnya tercemar. Itu hanya akan ada di benak kita, namun setelah diadakan penelitian dan survey secara langsung.
Kini mereka tahu pasti mengenai hal ini dan mencoba meneliti lebih lanjut mengenai penyebab yang sebenarnya terjadi. Di sana dapat kita temukan berbagai peralatan yang seharusnya tidak diletakkan di sana seperti tabung oksigen, sisa makanan, tenda rusak dan mayat menjadi sumber polusi yang sangat mengganggu di Gunung Everest. Berbagai solusi telah dikemukakan mengenai cara untuk menindaklanjuti kejadian ini. Akhirnya penduduk Sherpa di Nepal turun tangan untuk membersihkan lereng tertinggi gunung Everest itu. Tapi yang namanya manusia masih jauh di dalam kesadaran secara pribadi untuk ikut turun tangan di dalam membersihkan semua hal yang buruk ini.
Hanya beberapa pendaki yang bisa benar-benar membuat baik masalah ini. Everest adalah simbol keperawanan alam. Tapi gunung ini mulai kehilangan kecantikannya yang kerap memikat para pendaki yang ada. Hal ini sendiri diungkapkan oleh Namgyal Sherpa, ketua tim pembersih yang kini berusia 30 tahun pada tahun 2010 ini. Karena alasan inilah dia memberanikan diri mengambil satu resiko untuk membersihkan Everest.
Tidak lama dari pengalamannya, dia bersama rekan-rekannya memulai pendakian dari basecamp di Nepal. Ia memanjat Everest sampai ketinggian 5.360 meter. Bersama dengan tim yang beranggotakan 20 penduduk Sherpa. Pendakian tersebut dilakukan selama beberapa hari dengan satu tujuan yaitu mencapai wilayah dengan ketinggian 8.000 meter. Lokasi yang disebut dengan “zona kematian”.
Dalam cuaca ekstrim mereka harus melawan rasa takut mereka untuk mengumpulkan sampah yang ada di sana yang tidak lain ditinggalkan oleh ratusan ekspedisi setengah abad terakhir ini. Gunung Everest dengan tinggi 8.848 meter sendiri dikenal dengan sebutan yang kurang nyaman bila didengar yaitu tempat sampah tertinggi di dunia.
Banyak juga pendaki yang membawa sampah mereka turun kembali. Hal ini disebabkan karena adanya peraturan pemerintah untuk melakukan tindakan tersebut. Namun bila sudah berada pada wilayah atas gunung itu, orang-orang kadang tidak sanggup lagi. Di sanalah tabung oksigen, tenda rusak, dan sisa makanan tertinggal. Sampah-sampah itu tidak pernah akan dibersihkan, di ketinggian Everest. Yang paling menyedihkan, pendaki yang meninggal di tengah ekspedisi sering ditinggalkan begitu saja. Hal ini lah yang kerap menimbulkan spekulasi mengenai Gunung Everest dengan kecantikannya yang mulai memudar.
Kini mereka tahu pasti mengenai hal ini dan mencoba meneliti lebih lanjut mengenai penyebab yang sebenarnya terjadi. Di sana dapat kita temukan berbagai peralatan yang seharusnya tidak diletakkan di sana seperti tabung oksigen, sisa makanan, tenda rusak dan mayat menjadi sumber polusi yang sangat mengganggu di Gunung Everest. Berbagai solusi telah dikemukakan mengenai cara untuk menindaklanjuti kejadian ini. Akhirnya penduduk Sherpa di Nepal turun tangan untuk membersihkan lereng tertinggi gunung Everest itu. Tapi yang namanya manusia masih jauh di dalam kesadaran secara pribadi untuk ikut turun tangan di dalam membersihkan semua hal yang buruk ini.
Hanya beberapa pendaki yang bisa benar-benar membuat baik masalah ini. Everest adalah simbol keperawanan alam. Tapi gunung ini mulai kehilangan kecantikannya yang kerap memikat para pendaki yang ada. Hal ini sendiri diungkapkan oleh Namgyal Sherpa, ketua tim pembersih yang kini berusia 30 tahun pada tahun 2010 ini. Karena alasan inilah dia memberanikan diri mengambil satu resiko untuk membersihkan Everest.
Tidak lama dari pengalamannya, dia bersama rekan-rekannya memulai pendakian dari basecamp di Nepal. Ia memanjat Everest sampai ketinggian 5.360 meter. Bersama dengan tim yang beranggotakan 20 penduduk Sherpa. Pendakian tersebut dilakukan selama beberapa hari dengan satu tujuan yaitu mencapai wilayah dengan ketinggian 8.000 meter. Lokasi yang disebut dengan “zona kematian”.
Dalam cuaca ekstrim mereka harus melawan rasa takut mereka untuk mengumpulkan sampah yang ada di sana yang tidak lain ditinggalkan oleh ratusan ekspedisi setengah abad terakhir ini. Gunung Everest dengan tinggi 8.848 meter sendiri dikenal dengan sebutan yang kurang nyaman bila didengar yaitu tempat sampah tertinggi di dunia.
Banyak juga pendaki yang membawa sampah mereka turun kembali. Hal ini disebabkan karena adanya peraturan pemerintah untuk melakukan tindakan tersebut. Namun bila sudah berada pada wilayah atas gunung itu, orang-orang kadang tidak sanggup lagi. Di sanalah tabung oksigen, tenda rusak, dan sisa makanan tertinggal. Sampah-sampah itu tidak pernah akan dibersihkan, di ketinggian Everest. Yang paling menyedihkan, pendaki yang meninggal di tengah ekspedisi sering ditinggalkan begitu saja. Hal ini lah yang kerap menimbulkan spekulasi mengenai Gunung Everest dengan kecantikannya yang mulai memudar.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)


0 Response to "Gunung Everest, Kecantikannya Mulai Memudar"
Posting Komentar